Sumber gambar, AP
- Penulis, Bui Thu, MyHang Tran, Bui Hai
- Peranan, BBC Vietnamese
- Melaporkan dari Bangkok
Seorang gadis telanjang terlihat sedang berlari bersama dengan anak-anak lain, dengan wajah yang menunjukkan kesakitan dan ketakutan setelah terimbas bom napalm. Adegan ini terekam dalam sebuah foto yang menjadi serpihan momen penentu Perang Vietnam. Namun, siapa sebenarnya yang mengabadikan foto itu tengah dipertanyakan.
Napalm Girl adalah sumber kebanggaan dan aspirasi bagi segenap jurnalis foto Vietnam. Sang fotografer, Nick Ut, adalah orang pertama dan satu-satunya pemenang Hadiah Pulitzer dari Vietnam.
“Nick Ut adalah orang terpilih,” kata seorang fotografer Vietnam yang tidak ingin disebutkan namanya.
Ut yang kerap mendapat julukan kehormatan “Guru”, sering pulang kampung dan telah membimbing beberapa generasi jurnalis foto Vietnam.
Namun, lebih dari 50 tahun kemudian, siapa sebenarnya yang mengabadikan foto ikonik tersebut digugat melalui sebuah film dokumenter baru berjudul The Stringer, yang tayang perdana di Festival Film Sundance pada Januari 2025 lalu.
Dengan bantuan teknologi modern, film itu membuat klaim yang mengejutkan, yaitu foto tersebut sebenarnya diabadikan oleh orang lain bernama Nguyen Thanh Nghe, seorang fotografer lepas yang kini berusia 87 tahun.
Sumber gambar, Getty Images
Menanggapi klaim dalam film itu, World Press Photo (WPP) memulai penyelidikan dan memutuskan untuk menangguhkan atribusi foto tersebut kepada Ut.
Hal ini menimbulkan perpecahan di antara komunitas jurnalis foto.
“Untuk menggulingkan seorang pahlawan, tokoh legendaris, harus ada cukup bukti yang meyakinkan,” kata seorang jurnalis foto Vietnam lainnya kepada BBC.
Di era digital, “jarang” sebuah foto memiliki dampak seperti itu, tambahnya. “Kita perlu berhati-hati. Kita tidak boleh membiarkan kontroversi merusak warisan foto yang begitu penting – atau menyebabkan lebih banyak rasa sakit bagi satu sama lain.”
Keaslian gambar tersebut tidak dipertanyakan, tetapi kontroversi tersebut telah menjadi sangat emosional karena nama fotografernya juga menjadi “bagian dari catatan sejarah”, kata Keith Greenwood, seorang profesor madya jurnalisme foto di Universitas Missouri.
“Perang mengandung sejarah yang rumit dan masih dapat menimbulkan perasaan yang kuat. Masuk akal jika mempertanyakan foto tersebut juga akan menyentuh sebagian dari perasaan tersebut,” katanya.
Sumber gambar, Getty Images/World Press Photo
Peristiwa di balik foto
Foto ikonik itu diabadikan setelah Angkatan Udara Vietnam Selatan melancarkan serangan bom napalm yang secara tidak sengaja menghantam Desa Trang Bang pada 8 Juni 1972.
Kim Phuc, tokoh utama dalam foto itu, sedang bermain dengan saudara laki-laki dan sepupunya di halaman sebuah kuil.
Saat itu, Ut bekerja untuk kantor berita Associated Press (AP). Menurutnya, penduduk desa berlarian di sepanjang jalan raya terdekat setelah ledakan itu.
Seusai memotret seorang nenek dengan anak yang sekarat di pelukannya, ia melihat Phuc berlari dengan kedua tangan terangkat ke atas.
Ia berlari ke arahnya untuk mengambil foto Phuc dan melihat kulit anak itu mengelupas. Ut kemudian menyiramkan air ke tubuh Phuc dan membawa anak-anak itu ke rumah sakit.
Sebelum ada kamera digital, fotografer, termasuk staf dan pekerja lepas, harus menyerahkan film mereka di kantor. Editor kamar gelap akan mencatat nama fotografer dan mengolah film. Kepala foto akan memutuskan foto mana yang akan dikirim ke kantor pusat.
“Ketika saya kembali ke kantor, saya berteriak, ‘Saya punya foto yang sangat istimewa!’ Semua orang menoleh untuk melihat,” kata Ut kepada BBC pada bulan Januari.
Ut mengatakan hanya Editor Kamar Gelap, Yuichi “Jackson” Ishizaki, yang berada di meja foto sehingga Ut berdiri di samping Ishizaki saat ia sedang mengolah film.
Ishizaki kemudian memberi label pada film tersebut dengan nama Ut dan membawa gambar tersebut ke area utama.
“Semua orang melihat foto itu dan [seseorang] memanggil bos saya, kepala foto Horst Faas, untuk segera kembali dari makan siang,” kata Ut.
Menurut Ut, Faas datang sebelum Editor Foto Carl Robinson. Mereka lalu berdebat tentang apakah akan mengirimkan foto tersebut.
Robinson, yang bertugas menulis keterangan foto, menganggapnya tidak pantas karena memuat unsur ketelanjangan. Namun, keputusan Robinson dimentahkan.
Sumber gambar, Getty Images
Namun, Robinson memberikan keterangan yang sangat berbeda kepada BBC.
Robinson mengatakan bahwa ia baru mendapati Ishizaki dan seorang teknisi di dalam ruangan gelap setelah makan siang.
Menurut Robinson, film-film tersebut sudah diolah dan ditata untuk ditinjau. Ada dua bidikan dari adegan yang sama—satu diambil dari samping dan satu lagi dari depan. Dua bidikan itu berasal dari gulungan film yang berbeda dan dikirimkan oleh dua fotografer.
Robinson melihat nama yang tidak dikenal di buku catatan harian karena pekerja lepas tersebut tidak bekerja secara rutin untuk AP. “Kami memiliki banyak sekali pasukan stringer [pewarta lepas]. Mereka bisa jadi warga sipil atau terkadang tentara yang mendapatkan uang tambahan,” katanya.
Robinson mengatakan Faas kembali kemudian dan tidak membantah argumen tentang foto mana yang harus dikirim. Namun, ia berkeras bahwa Ut tidak hadir selama proses pemilihan foto. “Ia tidak berdiri di luar pintu menunggu keputusan apa pun.”
Saat Robinson menulis keterangan foto, ia mengklaim Faas mencondongkan tubuh dan berbisik ke telinganya untuk memberi penghargaan kepada Ut, seorang staf AP.
“Saya tidak memiliki keberanian untuk menantang karena saya ingin tinggal di Saigon bersama istri dan dua anak saya yang orang Vietnam,” ujar Robinson.
Faas dan Ishizaki telah meninggal.
Sumber gambar, Getty Images
Hati nurani Robinson tetap gelisah selama beberapa dekade berikutnya. Ia ingin meminta maaf kepada fotografer tersebut, tetapi tidak ingat namanya.
Pada 2015, dengan bantuan mantan koleganya di AP, ia menemukan nama Nghe tetapi gagal menemukan keberadaannya.
Tujuh tahun kemudian, Ut dan Kim bertemu dengan Paus Fransiskus untuk merayakan 50 tahun foto tersebut. “Akhirnya, saya memutuskan untuk menghadapi semua ini. Saya tidak bisa terus-menerus berpaling dan melupakannya.”
Robinson menghubungi sesama jurnalis foto, Gary Knight, yang setuju untuk mewawancarainya. Wawancara ini menandai dimulainya The Stringer.
Segera setelah itu, kru film menemukan Nghe, yang telah pindah ke AS sebagai pengungsi setelah Saigon jatuh ke Vietnam Utara. Namun, Nghe kembali ke negara asalnya pada 2002.
“Saya terdiam, tidak bersuara, cemas, dan kesakitan—emosi yang sangat terpendam,” kata Nghe. “Tidak ada yang lebih penting daripada kebenaran.”
Investigasi
Setelah mengetahui bahwa film dokumenter tersebut sedang dalam proses pengerjaan, AP memulai investigasinya sendiri berdasarkan rekaman yang tersedia, wawancara dengan saksi hidup, dan pemeriksaan kamera Ut.
AP menerbitkan dua laporan pada bulan Januari dan Mei dan menyimpulkan bahwa tidak ada “bukti pasti” untuk menghapus nama Ut sebagai fotografer. Meskipun demikian, kantor berita tersebut mengakui bahwa ada “pertanyaan penting”.
AP mengatakan bahwa “kemungkinan” foto tersebut diambil dengan kamera Pentax—yang bertentangan dengan pernyataan Ut.
Ut telah lama mengatakan bahwa ia membawa empat kamera—dua Leica dan dua Nikon—bersamanya pada hari itu. Namun ia menggunakan Leica untuk mengabadikan foto Napalm Girl.
Ketika ditanya oleh AP, Ut mengatakan bahwa ia tidak memperhatikan model kamera tersebut dan Faas mengatakan kepadanya bahwa gambar tersebut berasal dari gulungan film yang diambil dengan Leica.
Pada hari itu, Nghe difoto dengan kamera yang menyerupai Pentax di tangannya. Baik kru film dokumenter The Stringer maupun AP mencoba merekonstruksi garis waktu berdasarkan rekaman, foto, dan citra satelit yang ada.
Rekaman video yang diambil tak lama setelah Napalm Girl menunjukkan sosok yang samar-samar—diyakini sebagai Ut—yang berada cukup jauh dari anak-anak.
Film dokumenter tersebut mengeklaim Ut berada 60 meter dari kamera, yang berarti ia harus berlari setelah mengambil gambar.
AP membantah angka tersebut, menempatkannya dalam kisaran 28,8 hingga 48 meter dengan margin kesalahan 20%.
AP berpendapat bahwa perhitungan jarak dapat dipengaruhi oleh variabel dan bahwa dokumenter tersebut juga mengabaikan beberapa rekaman dan tidak memiliki akses ke dua set gambar yang digunakannya dalam penyelidikannya.
Bagaimana perdebatan soal foto ini sekarang?
Baik AP maupun WPP tidak mengatakan dapat memastikan identitas fotografernya. WPP bahkan menduga bahwa fotografer ketiga bisa saja mengambil foto tersebut.
Namun pertanyaan tentang beberapa versi-versi kejadian sebenarnya masih mengapung. Beberapa wartawan di tempat kejadian menolak versi film dokumenter tersebut sebagai tidak berdasar dan menolak untuk berpartisipasi dalam film tersebut. Dan bagaimana dengan cetakan fotonya? Nghe mengatakan Faas memberinya satu—tetapi istrinya merobeknya saat frustrasi.
Ut telah menegaskan bahwa dialah fotografer yang sah dan berencana untuk mengajukan gugatan pencemaran nama baik.
“Orang-orang tentu ingin tahu kebenaran di balik foto tersebut,” kata fotografer Vietnam pertama yang tidak disebutkan namanya.
“Kita butuh lebih banyak waktu dan bukti untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.”
Tidak diragukan lagi kekuatan Napalm Girl puluhan tahun setelah diambil, tetapi tuduhan tentang asal-usulnya menambah misteri.
Leave a Reply