Get ready to make some unforgettable memories these 2025 school holidays!
With Swiss-Belresort Dago Heritage’s exciting staycation deals, you can explore Bandung and beyond without breaking the bank. Get away with the School Holiday Staycation promo this June and create truly special memories for your kids during their school holiday breaks.
Designed with families’ comfort in mind, this exclusive holiday package offers the perfect blend of relaxation, fun, and quality time together. Unlock 20% Discount on Rooms, complete with exciting activities for Kids! When booking with Swiss-Belhotel International, their friendly mascot Bernie will make sure that the kids enjoy their holiday stay to the fullest.
Special treats for little guests include:
Bernie Sweetsfor a thrilling start
An array of Weekly Kids Activities every Saturday and Sunday.
“Kick off your holiday with a scrumptious breakfast at Swiss-KitchenTM Restaurant, renowned for its extensive breakfast spread and warm ambience. Swiss-Belresort Dago Heritage’s School Holiday Staycation package includes daily breakfast for two adults and two children (aged 5 and under). This package is valid until 31st August 2025” Added Mr. Gerri Primacitra, General Manager Swiss-Belresort Dago Heritage.
Swiss-KitchenTM Restaurant
Swiss-Belresort Dago Heritage, a four-star international hotel chain, is the first Swiss-Belresort property in Java located in the Upper Dago area within the Dago Heritage Golf Course complex, which was built in 1917 and is one of the oldest golf courses in Indonesia. Swiss-Belresort Dago Heritage features 161 rooms with a range of international standard facilities, including a restaurant, lobby lounge and bar, meeting facilities, heated infinity pool complete with gym, kids club and spa massage facilities, wine corner and easy access to the Dago Heritage Golf Course.
Keterangan gambar, Seorang pekerja mengendarai sepeda di depan gedung reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr, pada Oktober 2010.Informasi artikel
Penulis, BBC News Persian
Peranan,
Militer Israel mengeklaim telah melancarkan rangkaian serangan terhadap berbagai fasilitas nuklir Iran pada Jumat, 13 Juni. Sejumlah rekaman video yang diverifikasi oleh BBC telah menunjukkan kondisi pascaserangan di lima lokasi.
Lokasi serangan banyak yang berasal dari ibu kota Iran, Teheran. Sejumlah rekaman video menunjukkan kerusakan pada bangunan-bangunan yang tampak seperti kawasan permukiman.
Serangan lainnya diarahkan ke Natanz—sekitar 225 km sebelah selatan Teheran—tempat fasilitas pengayaan uranium berada.
Menurut laporan media Iran, fasilitas Natanz dan Arak termasuk target serangan Israel.
Iran berkeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Namun banyak negara—serta Badan Energi Atom Internasional (IAEA)—tidak yakin.
Artikel ini membahas fasilitas-fasilitas nuklir terpenting yang diketahui di Iran.
Fasilitas pengayaan uranium Natanz
Fasilitas Natanz (FEP) adalah fasilitas pengayaan uranium sentrifus gas terbesar di Iran.
Juru bicara militer Israel, Efi Dufferin, mengatakan pada 13 Juni 2025 bahwa Israel menyebabkan “kerusakan signifikan” pada fasilitas tersebut.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi bahwa fasilitas Natanz menjadi sasaran serangan Israel.
Sumber gambar, Maxar Technologies/Reuters
Keterangan gambar, Foto satelit memperlihatkan fasilitas nuklir Natanz pada Januari 2025, sebelum serangan Israel pada 13 Juni 2025.
Fasilitas tersebut terdiri dari dua bagian: Fasilitas Pengayaan Bahan Bakar Percobaan (PFEP) dan Fasilitas Pengayaan Bahan Bakar Utama (FEP), yang dibangun di bawah tanah untuk menahan serangan udara.
Fasilitas tersebut mulai beroperasi sejak Februari 2007. Pembangunan fasilitas itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang dirancang agar Iran menghentikan pengayaan uranium.
Fasilitas tersebut terdiri dari tiga bangunan bawah tanah besar, yang mampu menampung hingga 50.000 sentrifus. Cara kerjanya: gas uranium heksafluorida dimasukkan ke dalam sentrifus, yang bertugas memisahkan isotop uranium U-235.
FEP memproduksi uranium dengan pengayaan rendah, dengan konsentrasi U-235 sebesar 3%-4%. Uranium U-235 dengan kadar seperti itu digunakan sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun, apabila diperkaya hingga tingkat yang jauh lebih tinggi, yakni 90%, U-235 bisa dipakai memproduksi senjata nuklir.
Berdasarkan kesepakatan nuklir Juli 2015 (JCPOA), Iran setuju memasang tidak lebih dari 5.060 sentrifus tertua dan paling tidak efisien di Natanz selama 10 tahun. Aktivitas penelitian dan pengembangan pengayaan uranium hanya akan dilakukan di Natanz dan dibatasi selama delapan tahun.
Namun, setelah AS menarik diri dari kesepakatan tersebut di bawah Presiden Donald Trump pada tahun 2018, Iran mulai memperkaya uranium pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu mencapai 60%. Ambang batas pengayaan uranium untuk senjata nuklir adalah 90%.
Sumber gambar, Reuters
Keterangan gambar, Pada 2005, Presiden Iran Mohammad Khatami Khatami mengajak sekelompok jurnalis mengunjungi fasilitas nuklir Natanz.
Fasilitas pengayaan uranium Fordow
Fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Ferdow terletak di dekat Qom, sekitar 160 kilometer sebelah selatan Teheran.
Pembangunannya dibangun secara rahasia, jauh di dalam gunung. Konstruksi fasilitas ini baru terungkap pada 2009, sehingga menimbulkan kekhawatiran internasional tentang ambisi nuklir Iran.
Fordow dirancang untuk menampung sekitar 3.000 sentrifus dan sebagian besar tahan terhadap serangan udara.
Dengan menandatangani JCPOA, Iran setuju mengubah Fordow menjadi pusat penelitian dan menangguhkan aktivitas pengayaan uranium selama 15 tahun. Namun, setelah AS menarik diri dari kesepakatan tersebut, Iran melanjutkan aktivitas pengayaan uranium di sini dengan meningkatkan kadar U-235 menjadi 20% pada 2021.
Pada November 2022, Iran meningkatkan tingkat pengayaan uranium di fasilitas Fordow menjadi 60%. Iran juga mengumumkan niatnya untuk meningkatkan kapasitas pengayaan uranium secara signifikan.
Fasilitas yang berada di bawah pengawasan IAEA tersebut diketahui telah meningkatkan aktivitas dan kapasitas pengayaan uranium.
Reaktor Air Berat Khandab (Arak)
Reaktor Khandab, yang sebelumnya dikenal sebagai Reaktor Air Berat Arak, adalah fasilitas nuklir Iran yang terletak di dekat Kota Khandab, Provinsi Markazi.
Dirancang sebagai reaktor penelitian, fasilitas tersebut menjadi sorotan karena kemampuannya memproduksi plutonium—yang dapat digunakan membuat senjata nuklir.
Berdasarkan JCPOA, Iran menghentikan pembangunan reaktor, membuang intinya, dan mengisinya dengan beton agar tidak dapat digunakan lagi.
Reaktor tersebut akan didesain ulang untuk meminimalkan produksi plutonium sehingga tidak dapat digunakan untuk pengembangan senjata.
Iran telah memberi tahu IAEA bahwa mereka berencana untuk mengoperasikan reaktor tersebut pada 2026. Masa depan fasilitas tersebut tetap menjadi isu sensitif dalam program nuklir Iran.
Pusat Teknologi Nuklir Isfahan
Fasilitas ini merupakan bagian program nuklir Iran yang berfokus pada konversi uranium menjadi bentuk yang dibutuhkan untuk bahan bakar reaktor dan pengayaan.
Fasilitas Pemrosesan Isfahan memproduksi uranium heksafluorida (UF6), yang penting untuk pengayaan di Natanz dan Fordow. Lokasi ini juga memproduksi bahan bakar untuk reaktor nuklir, termasuk pembangkit listrik Bushehr.
Sumber gambar, Getty Images
Keterangan gambar, Seorang teknisi berdiri di depan peralatan di Fasilitas Konversi Uranium Isfahan (UCF) di Iran pada 3 Februari 2007.
Pada Februari 2023, Iran mengumumkan bahwa mereka telah memulai pembangunan “reaktor riset keempat” di lokasi ini.
Meskipun lokasi ini sedang dalam inspeksi IAEA, ada kekhawatiran mengenai aktivitas terkait produksi logam uranium—yang berpotensi digunakan untuk kepentingan militer.
Cakupan aktivitas nuklir di Isfahan mencerminkan tujuan Iran yang hendak mencapai siklus produksi dan pemanfaatan bahan bahan nuklir secara utuh.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr
Ini adalah satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Iran, yang terletak di pantai Teluk Persia, sebelah selatan Kota Bushehr.
Pembangunannya dimulai pada 1975 dengan bantuan Jerman dan diselesaikan oleh Rusia setelah penundaan yang lama. Pembangkit ini mulai beroperasi pada 2011.
Pembangkit ini menggunakan uranium yang dipasok oleh Rusia. Bahan bakar bekasnya dikembalikan ke Rusia untuk mencegahnya diproses ulang menjadi bahan bakar yang dapat digunakan dalam senjata nuklir.
Meskipun Bushehr adalah fasilitas produksi energi sipil dan berada di bawah pengawasan penuh oleh IAEA, ada kekhawatiran tentang standar keselamatan dan kedekatan pembangkit dengan daerah rawan gempa bumi.
Reaktor Riset Teheran
Dibangun pada 1967 dengan dukungan AS, reaktor ini awalnya beroperasi menggunakan uranium yang sangat diperkaya untuk menghasilkan isotop medis.
Pada 1987, reaktor ini beralih menggunakan uranium yang diperkaya pada taraf rendah untuk mengurangi risiko nuklir dijadikan senjata.
Pengoperasian reaktor dibatasi karena kekurangan bahan bakar. Iran mulai memperkaya uranium hingga 20% pada 2009 untuk bahan bakar fasilitas ini.
Pada 2012, Iran memproduksi dan memuat batang bahan bakar produksi dalam negeri pertamanya untuk reaktor ini.
Kompleks militer Parchin
Parchin, di sebelah tenggara Teheran, adalah fasilitas militer rahasia.
Menurut laporan IAEA sebelumnya, fasilitas itu diduga terkait dengan aspek militer dalam program nuklir Iran.
Iran membantah adanya aktivitas nuklir dan mengatakan Parchin hanya untuk penggunaan militer konvensional. Akses untuk inspeksi ke kompleks ini sangat terbatas.
Kunjungan direktur IAEA pada 2015 tidak meredakan kekhawatiran tentang fasilitas itu, tetapi justru menyisakan pertanyaan mengenai kemungkinan kapasitas militernya.
Pada bulan Mei 2022, sebuah ledakan di Parchin menewaskan seorang insinyur dan melukai sejumlah orang lainnya.
Bintang Paris Saint-Germain, Ousmane Dembele memilih merendah soal dirinya jadi favorit pemenang Ballon d’Or musim ini.
Dembele jadi sosok penting di balik keberhasilan PSG merebut treble musim lalu. Hal itulah yang kemudian membuat nama Dembele masuk jadi salah satu calon kuat pemenang Ballon d’Or musim ini.
Terkait hal tersebut, Dembele tidak mau terlalu banyak ambil pusing. Dengan merendah, Dembele mengaku dirinya sudah cukup senang disebut sebagai calon kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya pikir musim ini saya tampil konsisten, jadi mari lihat yang terjadi. Tentu akan sangat luar biasa bila ada nama saya dalam daftar tersebut [pemenang].”
“Dan adi salah satu favorit pemenang sendiri sudah merupakan kemenangan besar bagi saya meskipun saya berharap memenangkan itu suatu hari,” kata Dembele seperti dikutip dari Football Espana.
Dembele sendiri mengakui bahwa penghargaan Ballon d’Or lekat dalam ingatannya. Ia sering melihat penyerahan dan pemain-pemain yang memenangkan Ballon d’Or.
“Sulit untuk mengatakannya [apakah dirinya bakal menang tahun ini]. Namun memenangkan Ballon d’Or ketika dirimu berprofesi sebagai pesepakbola adalah semacam cawan suci di sektor penghargaan individu.”
“Ini adalah sesuatu yang dimimpikan sebagai anak-anak. Saya ingat ketika saya melihat pemain muncul di Telefoot untuk menerimanya. Sunggguh luar biasa. Benda itu – trofi berbentu bola- sungguh luar biasa,” kata Dembele.
Dembele dan PSG saat ini sedang bersiap menghadapi FIFA Club World Cup 2025. Meski hanya punya jeda istirahat sejenak, Dembele dan kawan-kawan jadi salah satu kandidat juara di turnamen tersebut.
David Beckham has been awarded a knighthood in the King’s Birthday Honours.
The former England captain has been recognised for both his career as a footballer and his services to charity.
Beckham began his football career at Manchester United, where he made 394 appearances and scored 85 goals, before going on to play for Real Madrid, LA Galaxy, AC Milan and Paris Saint-Germain.
He made 115 appearances for England, the third-highest of any senior men’s player, and captained his country 59 times.
Beckham has been a goodwill ambassador for UNICEF since 2005, and he also established the 7 Fund aimed at helping vulnerable children around the world.
He supports a number of charities, including the Chelsea Pensioners, Help for Heroes, Great Ormond Street Hospital, Age UK and the London Air Ambulance service.
Luke Littler has been awarded an MBE for services to darts. The 18-year-old is currently the world No 2 and the reigning world champion, the youngest in the sport’s history.
Littler has won two World Series of Darts titles, 13 PDC titles and five major titles in his professional career. He is also the youngest player to hit a televised nine-dart finish.
Image: Luke Littler in Premier League action
Littler’s rival, Luke Humphries, has also been awarded an MBE for services to darts. He is the world No 1 and former world champion, having won the title in 2024.
The 30-year-old is also the reigning World Matchplay, Premier League, Players Championship Finals and World Masters champion.
Billy Boston, 90, has become the first rugby league player to receive a knighthood. Boston is regarded as one of the sport’s greatest ever players having scored 571 tries in his career, placing him as the second-highest try scorer in history.
Born in Cardiff, Boston spent 15 years playing for Wigan, scoring a club-record 478 tries in 488 appearances before finishing his career with Blackpool Borough, retiring in 1970.
He also played 31 times for Great Britain, scoring 24 tries and winning the 1960 World Cup.
Virginia Wade has received a CBE for services to tennis and charity. The 79-year-old won three major singles championships – the Australian Open, US Open and Wimbledon – and four major doubles titles.
Wade is the only British woman to have won titles at all four majors and was ranked as the world No 2 in singles and No 1 in doubles.
Wade serves as a patron for the charity Leadership Through Sport and is a director for Compton’s Yard Charitable Trust.
Aston Villa forward Rachel Daly has been awarded an MBE for services to football. Daly holds the joint record for the most goals in a Women’s Super League season with 22 and has won the WSL golden boot, PFA women’s players’ player of the year and player of the season awards, all in the 2022/23 season.
The 33-year-old has played 84 times for England, scoring 16 goals, and was part of the squad that won the Women’s European Championships in 2022.
Image: Rachel Daly receives an MBE for services to football
Other sports stars to be recognised include two-time Olympic triathlon champion Alistair Brownlee, who has been awarded an OBE; while MBEs have been awarded to two-weight boxing world champion Natasha Jonas, former Gloucestershire bowler David Lawrence, who took 625 wickets for the county, and former golfer and Sky Sports pundit Trish Johnson.
Bryan Henderson, head of cricket and NFL at Sky Sports, has been awarded an MBE for services to cricket.
Henderson and Sanjay Patel, the former managing director of The Hundred, were heavily responsible for the planning and delivery of the short-format cricket tournament. The competition will this year deliver hundreds of millions of pounds to the game from the sale of the teams.
“I’m very honoured and humbled,” said Henderson. “It’s a tribute to all the amazing people I’ve been lucky enough to work with at Sky and in the sport I love.”
Patel added: “I feel very privileged to receive this award and to be given the opportunity to work in a sport that I love. I would like to thank the people who supported me and in particular the great team who helped build The Hundred.”
Over a thousand recipients have been awarded for their exceptional achievements, with a particular focus on those who have given their time to public service.
This year’s recipients include dedicated community champions, role models in sport, pioneers in the arts, passionate health workers, and supporters of young people.
Prime Minister Keir Starmer said: “This year’s Birthday Honours List is a powerful reminder of the extraordinary dedication, compassion and service that exists in every corner of our country.
“From community champions to cultural icons, each recipient reflects the very best of Britain. I extend my heartfelt congratulations and gratitude to them all.”
Keterangan gambar, The Terror of War atau yang dikenal sebagai Napalm Girl, memenangkan banyak penghargaan bagi Nick Ut termasuk Pulitzer.Informasi artikel
Penulis, Bui Thu, MyHang Tran, Bui Hai
Peranan, BBC Vietnamese
Melaporkan dari Bangkok
Seorang gadis telanjang terlihat sedang berlari bersama dengan anak-anak lain, dengan wajah yang menunjukkan kesakitan dan ketakutan setelah terimbas bom napalm. Adegan ini terekam dalam sebuah foto yang menjadi serpihan momen penentu Perang Vietnam. Namun, siapa sebenarnya yang mengabadikan foto itu tengah dipertanyakan.
Napalm Girl adalah sumber kebanggaan dan aspirasi bagi segenap jurnalis foto Vietnam. Sang fotografer, Nick Ut, adalah orang pertama dan satu-satunya pemenang Hadiah Pulitzer dari Vietnam.
“Nick Ut adalah orang terpilih,” kata seorang fotografer Vietnam yang tidak ingin disebutkan namanya.
Ut yang kerap mendapat julukan kehormatan “Guru”, sering pulang kampung dan telah membimbing beberapa generasi jurnalis foto Vietnam.
Namun, lebih dari 50 tahun kemudian, siapa sebenarnya yang mengabadikan foto ikonik tersebut digugat melalui sebuah film dokumenter baru berjudul The Stringer, yang tayang perdana di Festival Film Sundance pada Januari 2025 lalu.
Dengan bantuan teknologi modern, film itu membuat klaim yang mengejutkan, yaitu foto tersebut sebenarnya diabadikan oleh orang lain bernama Nguyen Thanh Nghe, seorang fotografer lepas yang kini berusia 87 tahun.
Sumber gambar, Getty Images
Keterangan gambar, Nguyen Thanh Nghe, yang terlihat dalam gambar lain pada momen yang sama, sedang memegang kamera yang menyerupai Pentax (kiri). Nick Ut, dengan perlengkapan pelindung, terlihat dalam rekaman video (kanan)
Menanggapi klaim dalam film itu, World Press Photo (WPP) memulai penyelidikan dan memutuskan untuk menangguhkan atribusi foto tersebut kepada Ut.
Hal ini menimbulkan perpecahan di antara komunitas jurnalis foto.
“Untuk menggulingkan seorang pahlawan, tokoh legendaris, harus ada cukup bukti yang meyakinkan,” kata seorang jurnalis foto Vietnam lainnya kepada BBC.
Di era digital, “jarang” sebuah foto memiliki dampak seperti itu, tambahnya. “Kita perlu berhati-hati. Kita tidak boleh membiarkan kontroversi merusak warisan foto yang begitu penting – atau menyebabkan lebih banyak rasa sakit bagi satu sama lain.”
Keaslian gambar tersebut tidak dipertanyakan, tetapi kontroversi tersebut telah menjadi sangat emosional karena nama fotografernya juga menjadi “bagian dari catatan sejarah”, kata Keith Greenwood, seorang profesor madya jurnalisme foto di Universitas Missouri.
“Perang mengandung sejarah yang rumit dan masih dapat menimbulkan perasaan yang kuat. Masuk akal jika mempertanyakan foto tersebut juga akan menyentuh sebagian dari perasaan tersebut,” katanya.
Sumber gambar, Getty Images/World Press Photo
Keterangan gambar, Rekaman video menunjukkan seseorang—yang diyakini sebagai Ut—berada agak jauh sesaat setelah Napalm Girl diabadikan.
Peristiwa di balik foto
Foto ikonik itu diabadikan setelah Angkatan Udara Vietnam Selatan melancarkan serangan bom napalm yang secara tidak sengaja menghantam Desa Trang Bang pada 8 Juni 1972.
Kim Phuc, tokoh utama dalam foto itu, sedang bermain dengan saudara laki-laki dan sepupunya di halaman sebuah kuil.
Saat itu, Ut bekerja untuk kantor berita Associated Press (AP). Menurutnya, penduduk desa berlarian di sepanjang jalan raya terdekat setelah ledakan itu.
Seusai memotret seorang nenek dengan anak yang sekarat di pelukannya, ia melihat Phuc berlari dengan kedua tangan terangkat ke atas.
Ia berlari ke arahnya untuk mengambil foto Phuc dan melihat kulit anak itu mengelupas. Ut kemudian menyiramkan air ke tubuh Phuc dan membawa anak-anak itu ke rumah sakit.
Sebelum ada kamera digital, fotografer, termasuk staf dan pekerja lepas, harus menyerahkan film mereka di kantor. Editor kamar gelap akan mencatat nama fotografer dan mengolah film. Kepala foto akan memutuskan foto mana yang akan dikirim ke kantor pusat.
“Ketika saya kembali ke kantor, saya berteriak, ‘Saya punya foto yang sangat istimewa!’ Semua orang menoleh untuk melihat,” kata Ut kepada BBC pada bulan Januari.
Ut mengatakan hanya Editor Kamar Gelap, Yuichi “Jackson” Ishizaki, yang berada di meja foto sehingga Ut berdiri di samping Ishizaki saat ia sedang mengolah film.
Ishizaki kemudian memberi label pada film tersebut dengan nama Ut dan membawa gambar tersebut ke area utama.
“Semua orang melihat foto itu dan [seseorang] memanggil bos saya, kepala foto Horst Faas, untuk segera kembali dari makan siang,” kata Ut.
Menurut Ut, Faas datang sebelum Editor Foto Carl Robinson. Mereka lalu berdebat tentang apakah akan mengirimkan foto tersebut.
Robinson, yang bertugas menulis keterangan foto, menganggapnya tidak pantas karena memuat unsur ketelanjangan. Namun, keputusan Robinson dimentahkan.
Sumber gambar, Getty Images
Keterangan gambar, Nguyen Thanh Nghe dan Carl Robinson di pemutaran perdana The Stringer.
Namun, Robinson memberikan keterangan yang sangat berbeda kepada BBC.
Robinson mengatakan bahwa ia baru mendapati Ishizaki dan seorang teknisi di dalam ruangan gelap setelah makan siang.
Menurut Robinson, film-film tersebut sudah diolah dan ditata untuk ditinjau. Ada dua bidikan dari adegan yang sama—satu diambil dari samping dan satu lagi dari depan. Dua bidikan itu berasal dari gulungan film yang berbeda dan dikirimkan oleh dua fotografer.
Robinson melihat nama yang tidak dikenal di buku catatan harian karena pekerja lepas tersebut tidak bekerja secara rutin untuk AP. “Kami memiliki banyak sekali pasukan stringer [pewarta lepas]. Mereka bisa jadi warga sipil atau terkadang tentara yang mendapatkan uang tambahan,” katanya.
Robinson mengatakan Faas kembali kemudian dan tidak membantah argumen tentang foto mana yang harus dikirim. Namun, ia berkeras bahwa Ut tidak hadir selama proses pemilihan foto. “Ia tidak berdiri di luar pintu menunggu keputusan apa pun.”
Saat Robinson menulis keterangan foto, ia mengklaim Faas mencondongkan tubuh dan berbisik ke telinganya untuk memberi penghargaan kepada Ut, seorang staf AP.
“Saya tidak memiliki keberanian untuk menantang karena saya ingin tinggal di Saigon bersama istri dan dua anak saya yang orang Vietnam,” ujar Robinson.
Faas dan Ishizaki telah meninggal.
Sumber gambar, Getty Images
Keterangan gambar, Nick Ut dan Kim Phuc bertemu Paus Fransiskus pada tahun 2022 untuk merayakan 50 tahun Napalm Girl
Hati nurani Robinson tetap gelisah selama beberapa dekade berikutnya. Ia ingin meminta maaf kepada fotografer tersebut, tetapi tidak ingat namanya.
Pada 2015, dengan bantuan mantan koleganya di AP, ia menemukan nama Nghe tetapi gagal menemukan keberadaannya.
Tujuh tahun kemudian, Ut dan Kim bertemu dengan Paus Fransiskus untuk merayakan 50 tahun foto tersebut. “Akhirnya, saya memutuskan untuk menghadapi semua ini. Saya tidak bisa terus-menerus berpaling dan melupakannya.”
Robinson menghubungi sesama jurnalis foto, Gary Knight, yang setuju untuk mewawancarainya. Wawancara ini menandai dimulainya The Stringer.
Segera setelah itu, kru film menemukan Nghe, yang telah pindah ke AS sebagai pengungsi setelah Saigon jatuh ke Vietnam Utara. Namun, Nghe kembali ke negara asalnya pada 2002.
“Saya terdiam, tidak bersuara, cemas, dan kesakitan—emosi yang sangat terpendam,” kata Nghe. “Tidak ada yang lebih penting daripada kebenaran.”
Investigasi
Setelah mengetahui bahwa film dokumenter tersebut sedang dalam proses pengerjaan, AP memulai investigasinya sendiri berdasarkan rekaman yang tersedia, wawancara dengan saksi hidup, dan pemeriksaan kamera Ut.
AP menerbitkan dua laporan pada bulan Januari dan Mei dan menyimpulkan bahwa tidak ada “bukti pasti” untuk menghapus nama Ut sebagai fotografer. Meskipun demikian, kantor berita tersebut mengakui bahwa ada “pertanyaan penting”.
AP mengatakan bahwa “kemungkinan” foto tersebut diambil dengan kamera Pentax—yang bertentangan dengan pernyataan Ut.
Ut telah lama mengatakan bahwa ia membawa empat kamera—dua Leica dan dua Nikon—bersamanya pada hari itu. Namun ia menggunakan Leica untuk mengabadikan foto Napalm Girl.
Ketika ditanya oleh AP, Ut mengatakan bahwa ia tidak memperhatikan model kamera tersebut dan Faas mengatakan kepadanya bahwa gambar tersebut berasal dari gulungan film yang diambil dengan Leica.
Pada hari itu, Nghe difoto dengan kamera yang menyerupai Pentax di tangannya. Baik kru film dokumenter The Stringer maupun AP mencoba merekonstruksi garis waktu berdasarkan rekaman, foto, dan citra satelit yang ada.
Rekaman video yang diambil tak lama setelah Napalm Girl menunjukkan sosok yang samar-samar—diyakini sebagai Ut—yang berada cukup jauh dari anak-anak.
Film dokumenter tersebut mengeklaim Ut berada 60 meter dari kamera, yang berarti ia harus berlari setelah mengambil gambar.
AP membantah angka tersebut, menempatkannya dalam kisaran 28,8 hingga 48 meter dengan margin kesalahan 20%.
AP berpendapat bahwa perhitungan jarak dapat dipengaruhi oleh variabel dan bahwa dokumenter tersebut juga mengabaikan beberapa rekaman dan tidak memiliki akses ke dua set gambar yang digunakannya dalam penyelidikannya.
Bagaimana perdebatan soal foto ini sekarang?
Baik AP maupun WPP tidak mengatakan dapat memastikan identitas fotografernya. WPP bahkan menduga bahwa fotografer ketiga bisa saja mengambil foto tersebut.
Namun pertanyaan tentang beberapa versi-versi kejadian sebenarnya masih mengapung. Beberapa wartawan di tempat kejadian menolak versi film dokumenter tersebut sebagai tidak berdasar dan menolak untuk berpartisipasi dalam film tersebut. Dan bagaimana dengan cetakan fotonya? Nghe mengatakan Faas memberinya satu—tetapi istrinya merobeknya saat frustrasi.
Ut telah menegaskan bahwa dialah fotografer yang sah dan berencana untuk mengajukan gugatan pencemaran nama baik.
“Orang-orang tentu ingin tahu kebenaran di balik foto tersebut,” kata fotografer Vietnam pertama yang tidak disebutkan namanya.
“Kita butuh lebih banyak waktu dan bukti untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.”
Tidak diragukan lagi kekuatan Napalm Girl puluhan tahun setelah diambil, tetapi tuduhan tentang asal-usulnya menambah misteri.
When the pandemic forced musicians all over the world to cancel tours, Warren Ellis decided to take his career in a new direction. From the bounds of his home he co-founded an animal sanctuary in Sumatra, Indonesia.
In 2021 the Dirty Three virtuoso and Nick Cave collaborator was introduced to the veteran animal rights activist Femke den Haas. Together they established the centre for old, disabled and displaced animals who couldn’t be released into the wild.
The sanctuary – Ellis Park – now lends its name to a documentary by the True History of the Kelly Gang film-maker Justin Kurzel: a stirring portrait of the park’s inhabitants and dedicated caretakers.
Immortalising Ellis’s poignant first visit to the park in 2023, the documentary traverses the lush vegetation of Sumatra and ventures to Ellis’s home town, Ballarat, and his studio in Paris, offering a glimpse into the life of a famously private Australian musician.
“I was very concerned at one point when we had half filmed it, and tried to get it stopped,” he says.
Kurzel first heard about sanctuary during a catchup with Ellis at the 2021 Cannes film festival. “Justin said to me, ‘I’m curious why you did it and I think the answer’s back where you were born,’” Ellis says.
‘I never thought I’d put that much of myself in there,’ Ellis says of the film. Photograph: Madman Entertainment
Returning to the schoolyard of his childhood and to his parents’ home, the film’s first half shows Ellis reckoning with his past in real time. In striking, intimate vignettes, he reflects on the indelible influence of his father – a musician who sacrificed the seeds of his dream career to care for his young family, and who taught Ellis songwriting by singing verses from poetry books. “We filmed in there four days before the whole family disintegrated,” Ellis says, recalling his parents’ ill health and his father’s eventual death.
“I never thought I’d put that much of myself in [the film], and, as it transpired, the camera was on me when there were some big life things going on.”
It was a conversation with a film-maker and fellow Cave accomplice, Andrew Dominik, that soothed Ellis’s anxieties about being overexposed. “If you’re going to get something from it,” Dominik told him, “you’ve got to open yourself up to the process.”
When Ellis met Den Haas, the latter was running the Sumatra Wildlife Center, a “tiny” reserve that provided vital rehabilitation to injured wildlife, especially victims of abuse and the illegal exotic pet trade. During their first conversation, Den Haas told Ellis about a 5,000 sq m plot of land neighbouring the centre. He immediately promised to buy it and donate the land to provide essential housing for unreleasable animals.
“He said, ‘Doubts are toxic. There are no doubts; we just do it,’” Den Haas remembers. “Within two weeks, we started to look at the land and make the deal with the landowners.”
Within three or four months, the centre’s size had increased fivefold and the sanctuary was operational. About this time 1,300 trafficked animals were confiscated nearby.
For Den Haas, the timing was “magical”. With the sanctuary up and running, her team now had the resources to offer these animals – many of them captured in Africa – life-saving veterinary care and shelter.
Ellis with the staff of Ellis Park. Working on the film, he says, meant ‘doing your thing for a common cause’. Photograph: Madman Entertainment
Ellis Park provides a window into the lives of these animals and their caretakers, introduced in balletic, slow-motion closeups thanks to the deft, unobtrusive work of its cinematographer, Germain McMicking. “Not once was his presence felt; he just dances around everything,” Ellis says.
While Den Haas has previously protected the animals from overreaching film crews, she appreciated the sensitivity of Kurzel’s team. “They really came and filmed things how they were … And when you’re watching the film, you get to see [the animals’] emotions and understand they’re all individuals and have a unique and horrific background.”
Ellis was conscious of the risks involved in documenting his own philanthropy: “The problem is, it’s very easy to make yourself appear a Bono-like character who’s just grandstanding.”
Upon his arrival in Sumatra, Den Haas welcomes him with open arms, inviting him to release an eagle rehabilitated by the centre. For Ellis, this posed a dilemma: he didn’t want to “look like some privileged guy that has built an animal sanctuary [to] blow out the candles [when] it’s not even my birthday”.
Den Haas at the growing sanctuary. Photograph: Madman Entertainment
But with Den Haas’s coaxing, Ellis accepts the honour in the film’s moving climax. “He didn’t want to be in the spotlight, like, here’s the guy that made it all possible,” Den Haas says. “But he did make it all possible.”
Ellis describes the film as an “accident” that developed organically through his trust in Kurzel. Accordingly, the documentary has a living quality. The score – by Ellis, of course – was recorded as it was made, with the musician shown tinkering on his violin in paddocks and monkey cages, as well as improvising in the studio. These images cede to scenes shot in Sumatra while the embryonic music lingers – a reflection of the sanctuary’s evolving form.
Working on a film “enables you to step out of that protective comfort zone that a band allows you to have and just do your thing for a common cause”, says Ellis, for whom “preciousness” is a young person’s game.
This common cause is clear in Ellis Park. Since the film was shot, the sanctuary has received an influx of bear cubs and baby gibbons whose mothers have been killed or injured by perpetrators of the illegal pet trade. Den Haas hopes it will soon shelter the bears in forested enclosures.
The sanctuary is still growing, and so is Ellis. “You know, I went over there expecting the film to be about abused monkeys and primates and birds,” he says, “and I left there realising the most extraordinary animals are people.”
Keterangan gambar, Petinggi militer Iran yang tewas dalam serangan Israel mencakup Hossein Salami, Mohammad Bagheri, dan Amir Ali Hajizadeh.Informasi artikel
Penulis, Kasra Naji, BBC Persian & Alys Davies, BBC News
Peranan,
Israel menyerang puluhan target, termasuk fasilitas nuklir, lokasi militer, dan permukiman warga sipil, di berbagai wilayah Iran pada Jumat (13/06). Serangan tersebut juga menewaskan sejumlah petinggi militer senior Iran dalam operasi yang dinamai “Operasi Singa Bangkit”.
Ada pula sejumlah tokoh berpengaruh lainnya yang diincar Israel, khususnya yang terkait dengan program nuklir Iran, demikian dilaporkan kantor berita Tasnim yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi (IRGC).
Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, juga dilaporkan tewas.
Berikut individu-individu terkenal yang tewas dalam serangan Israel.
Mohammad Bagheri
Sumber gambar, Getty Images
Bagheri adalah perwira militer berpangkat tertinggi di Iran. Jabatannya adalah kepala staf angkatan bersenjata Iran, yang meliputi Korps Garda Revolusi dan Angkatan Darat.
Bagheri bergabung dengan IRGC pada 1980 di usia 20 tahun. Bersama saudaranya, dia membantu mendirikan unit intelijen IRGC selama perang Iran-Irak.
Sikapnya dianggap kurang bergaris keras dibandingkan komandan lainnya. Dia baru-baru ini dikritik karena pidatonya pada bulan April di depan reruntuhan kuno Persepolis. Saat itu, dia menyerukan perdamaian dan mendesak untuk menghindari perang.
Abdolrahim Mousavi telah ditunjuk sebagai kepala staf angkatan bersenjata yang baru, demikian dilaporkan kantor berita resmi Iran, Irna.
Mousavi tidak berasal dari jajaran IRGC, meski dia seorang jenderal.
Hossein Salami
Sumber gambar, Reuters
Hossein Salami adalah panglima Korps Garda Revolusi (IRGC).
Salami bergabung dengan IRGC pada tahun 1980 selama perang Iran-Irak, dan kemudian menjadi wakil komandan pada 2009. Selang 10 tahun kemudian, dia naik pangkat menjadi komandan IRGC.
Dikenal karena kemampuannya sebagai orator, ia mengambil sikap garis keras terhadap Israel.
Bulan lalu, dia mengatakan Teheran akan “membuka gerbang neraka” jika diserang oleh Israel atau AS.
Mohammad Pakpour telah ditunjuk menggantikan Salami sebagai komandan baru IRGC, kata media pemerintah Iran.
Gholamali Rashid
Sumber gambar, AFP
Gholamali Rashid adalah kepala Markas Pusat Khatam-al Anbiya IRGC, yang mengoordinasikan operasi militer gabungan Iran.
Rashid bertempur dalam perang tahun 1980-an dengan Irak. Sebelumnya dia menjabat sebagai wakil kepala staf Angkatan Bersenjata Iran.
Ali Shadmani telah ditunjuk menggantikan posisi Rashid, menurut media pemerintah Iran.
Amir Ali Hajizadeh
Sumber gambar, AFP
Sebagai komandan Angkatan Udara IRGC, Hajizadeh bertanggung jawab atas program rudal Iran.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan Hajizadeh telah berkumpul di pusat komando bawah tanah bersama dengan mayoritas komandan Angkatan Udara IRGC untuk mempersiapkan serangan terhadap Israel.
IDF mengatakan kelompok itu kemudian tewas dalam serangan yang menargetkan gedung tersebut.
Dikatakan Hajizadeh memimpin serangan rudal terhadap Israel pada bulan Oktober dan April tahun lalu.
Fereydoon Abbasi
Sumber gambar, AFP
Sebagai seorang ilmuwan nuklir, Abbasi menjabat sebagai kepala Organisasi Energi Atom Iran antara tahun 2011 dan 2013.
Ia kemudian menjadi anggota parlemen dari 2020 hingga 2024.
Ia mengusung posisi garis keras pada segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas nuklir Iran.
Pada bulan Mei, ia berbicara di saluran televisi Iran, SNN.ir, tentang kemungkinan membuat senjata nuklir.
Saat itu, dia menegaskan bahwa dirinya akan dengan senang hati melaksanakan perintah untuk membuat senjata nuklir tersebut jika ia menerima perintah melakukannya.
Sejumlah ilmuwan nuklir
Sejumlah ilmuwan nuklir lainnya juga dilaporkan tewas dalam serangan Israel, menurut media pemerintah Iran.
Mohammad Mehdi Tehranchi, kepala Universitas Azad di Teheran
Abdulhamid Minouchehr, kepala teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti Iran
Ahmad Reza Zolfaghari, profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti
Amirhossein Feqhi, profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti
Israel kembali melancarkan serangan ke wilayah Iran. Kali ini, pasukan militer Zionis menargetkan Kota Bandar Abbas, kota pelabuhan di selatan Iran.
Menurut laporan Aljazeera, Sabtu (14/6), sistem pertahanan udara berusaha mencegat proyektil Israel di langit di atas kota pelabuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampak juga tembakan pertahanan udara di langit Tehran saat misil Israel menargetkan ibu kota.
Seorang juru bicara militer Israel menyatakan bahwa Israel saat ini sedang menyerang Iran. Mereka mengatakan bahwa Iran masih memiliki persediaan senjata untuk menyerang balik.
Juru bicara tersebut memperingatkan bahwa serangan Iran terhadap Israel belum berlalu.
“Israel akan terus menyerang dan menghancurkan situs rudal permukaan-ke-permukaan Iran,” kata juru bicara tersebut.
Sebelumnya, Israel menyerang Iran pada Jumat (13/6). Serangan tersebut menargetkan fasilitas militer, pejabat militer, fasilitas nuklir, dan ilmuwan nuklir Iran.
Iran menyebut serangan Israel sebagai bentuk ‘deklarasi perang’. Iran pun melancarkan serangan balasan secara bertubi-tubi.
Serangan ke beberapa titik tersebut menewaskan tiga warga Israel dan puluhan lainnya terluka.
Militer Iran menegaskan serangan Teheran ke Israel akan terus dilakukan sampai waktu yang belum ditentukan.
Sean: I guess the takeaway that I have is that you know, every team. I like to say team rather than brand because I think sports is different. And you know, trading the PBR stuff as a team. Like, the core fans, the fans that are in and the fans then that adopt the digital platforms, you know, whichever ones they are they are very similar, like they’re just as passionate, they comment as much or they retweet and you sort of develop that you know, what I call your digital cheer squad, the people that when you know you put a tweet out they’ll retweet it or they will adopt a hashtag quickly or, you know, you say, “Hey, take a photo from the stands.” And they do that. I think the really interesting bit is the stuff you talking about before as you’re transitioning a team to go to a newer market, that’s when you’re in that educational piece of, “Well, we’ve got to teach people about how awesome our sport is or how awesome it is.” Which you’re still doing now, “How awesome it is to be at Comerica Park.” Because you’ve got a lot of people.
Mac: Exactly.
Sean: You’re still in that education piece of, “I’m going to show Comerica Park in the best light possible. We’re going to make sure our Instagram’s are 11 out of 10.” But then you’re also leaning on that digital cheer squad to amplify that and promote that to their friends. And that’s where I also see similarities in fan groups. So yes, you know. PBR might have a mid-Western demographic in Texas and they might always, you know, they might always be wearing cowboy boots and be different to the fan that’s the Tigers fan, but when you get down to their core and you strip away some of the demo stuff. Their actions and the way that they move and the way that they promote and the way that they I guess interact with the team. I find that to be very similar and that’s where I’ve been able to, you know, take. You know, I have used the phrase on this podcast before, “Steal with pride.” You know, something that you’ve done really well over here with PBR can be applied and twisted and done the Tiger way, and then you know, you can apply to your fans because you know, they move in the same manner. And so, you know, that’s why I’m always interested in seeing, you know, talking to whether it be a music promoter or someone with a different brand and saying, “Well, what works with you and your fans?” Because elements of that or pieces of that will work with other fan groups. And so I think it’s always good to be seeing what other fan groups how they’re reacting to things and seeing how then you can apply it to yours.
**Mac:** One of the things I love about sports, I thought you know, some of my other friends work in social for other brands and they are always talking about brand ambassadors and how they’re trying to get more brand ambassadors and things like that. And to be honest, in sports your biggest brand ambassadors are your biggest fans. You know, they’re the ones that are just stoked and ready to go, and they’re, you know, for us they’re die hard Tigers fans or any other team, that type of thing. You said they’ll share, they’ll amplify, they’ll go nuts and you can’t ask for more from a social standpoint.
Sean: Yeah, I mean that’s so true. And you know, I’ve spoken to a few people that you know, work in sports like yourself. You know, long hours, weekends, and all the things that come with sports and then I’ve had people say, “Oh, I think I’m going to go to a corporate job and work in that digital space.” And you know talking to your friends who are in that space outside the world of sports, it’s really tough. You get one, you’ve got to find those brand ambassadors and no one puts their hand up and says, “I love my bank.” And then the other thing is you don’t have this, you know, never ending supply of killer content. You know that all you’ve got to do is have a gif of a home run shot and there you go, you know? You can just sit back and watch the engagement come through. That’s, you know, that’s the really tough thing for corporate digital marketers to go, “How do we engage people?” And so you sort of get a free, you know, you get a free pass on that to a certain degree. Still got to work to get the right content, the right platform, all of those things but you get a free pass with that with sports and that’s something that’s a big advantage with working in sports.
Mac: Yeah, I mean, you know, part of social, especially digital we always talk about, you know, the digital story or the social storytelling that you’re doing, and from a sports standpoint, you know, your stories always right in front of you. It could be something, you know, whether it’s four generations of fans at the ballpark, whether it’s physically what’s happening on the field, or maybe it’s, you know, you even have an usher that has a really cool story. There’s always kind of that story in front of you. It’s you’re more so trying to find that story. Sometimes it’s, you know, a little more in front of you and not like in the case of a home run or something like that but rather than making up, you know, big brands are not making up stories but they’re trying to pull some stories out of thin air and, you know, not that it’s…I don’t want to say it’s easier said than done, but personally, I just think it’s a lot more fun to do it that way.
Eli Lederman covers college football and recruiting for ESPN.com. He joined ESPN in 2024 after covering the University of Oklahoma for Sellout Crowd and the Tulsa World.
Five-star defensive end JaReylan McCoy has committed to Florida, sources told ESPN on Saturday, securing his place as the top-ranked pledge in the Gators’ 2026 recruiting class after returning for a second visit in the span of three weeks.
McCoy, a 6-foot-7, 260-pound rusher from Tupelo, Mississippi, is ESPN’s No. 9 overall prospect and the nation’s second-ranked defender in the current cycle.
Initially committed to LSU, McCoy reopened his recruitment in February and trimmed his finalists to Florida, LSU and Texas last month before his process swung on an official visit with the Gators from May 30 to June 1.
Sources said McCoy’s connection with Florida coach Billy Napier and defensive ends coach Mike Peterson, along with the program’s “family atmosphere,” were central drivers in his decision to nix a scheduled official visit to Texas and instead return to Florida this weekend, where he sealed his pledge Saturday.
McCoy has recorded more than 140 tackles and 18.5 sacks in three varsity seasons at Tupelo High School, and his commitment represents a major recruiting victory for Napier and Florida.
McCoy’s signature would mark Gators’ first five-star addition since they landed quarterback D.J. Lagway (No. 8 overall) and pass rusher L.J. McCray (No. 10) in the 2024 class. If he ultimately lands with Florida, McCoy will arrive as the program’s highest-ranked defensive signee since it inked five-star defensive end CeCe Jefferson in the 2015 class.
McCoy now stands ahead of four-star quarterback Will Griffin (No. 69 overall) and Friday night running back commit Carsyn Baker (No. 167) as the top ranked of five ESPN 300 prospects in the Gators’ 2026 class. Florida also landed the pledge of four-star wide receiver Marquez Daniel (No. 216) on Saturday, lifting the Gators to seven ESPN 300 commits in the cycle.
Five-star tight end Kaiden Prothro (No. 19) and top-40 running back Davian Groce are among the high-profile visitors joining McCoy at Florida this weekend as the Gators hit the busy summer recruiting period seeking to secure back-to-back top-10 recruiting classes. Florida signed the nation’s 10th-ranked class in the 2025 cycle on the heels of the program’s decision to retain Napier in November and four straight wins to close the 2024 season.